Ternyata cukup-lumayan lama juga dari terakhir kali gue tulis-menulis di
blog ini, blog kelas-blog bersama ini. Selain gue sibuk mengurus dan lebih
sering ngeluh tentang kehidupan pribadi gue di blog pribadi gue, gue punya
banyak banget kesibukan ngga penting yang gue lakukan setiap harinya.
Oke. Gue akui gue bukan orang yang hebat dalam tulis-menulis sesuatu yang
mengharukan, menyentuh, dan membuat orang terhanyut dalam setiap tulisan gue.
Gue bahkan buka Google dengan search kata kunci "kata mutiara untuk sebuah
perpisahan" supaya di posting ini, gue minimal akan membuat kalian yang
baca minimal matanya agak berkaca-kaca. Kalau gue berhasil, artinya gue keren.
Dan gue akan ngerasa sangat bangga dengan hal bodoh itu.
Hasilnya nihil ngomong-ngomong.
Hasil tulisan ini murni dari otak gue. Mungkin ngga akan membuat kalian
menangis berguling-guling sambil teriak di atas Gunung Everest atau ngga akan
membuat air mata kalian ikut membantu menenggelamkan separuh daratan di bumi
ini. Minimal kalau kalian senyum-senyum sendiri melihat tulisan ini, gue akan
sangat senang.
Ayo senyum dong. Gue maksa. Tapi jangan menangis. Menangis hanya akan memperberat perpisahan.
Ayo senyum dong. Gue maksa. Tapi jangan menangis. Menangis hanya akan memperberat perpisahan.
Oke. Dua tahun kita kayaknya udah selesai tepat di hari kelulusan kemarin.
Mungkin bisa dibilang, atmosfer kebersamaan kita selama dua tahun itu di dalam
sebuah kelas (yang selalu dipindah-pindah seenak jidatnya) sudah berakhir.
Masa-masa berjuang, masa-masa menjadi dewasa, masa-masa indah di dalam kelas
sudah berakhir. We've completed this level. Level up, teman-teman.
Hellos and Goodbyes are a never ending circle. Beberapa orang menyesali kata goodbye. Goodbye seharusnya menjadi Sadbye. There's no good in Goodbye. Not even a little.
Gue hari ini bukan mau mengundang tangis, tapi kita mau flaschback. Coba inget pertama kali kita mengambil keputusan untuk akhirnya ambil
jurusan Bahasa.
Penghujung kelas 1 SMA mungkin jadi momen bersejarah kita ketika kita yang
mungkin masih sebagai anak ingusan labil memutuskan untuk mengambil jurusan
Bahasa ini. Ada dari kita yang mungkin dari awal memang udah memutuskan
ke-arah-mana-gue-nantinya. Ada juga dari kita yang mungkin memilih pilihan ini
di detik-detik terakhir kita. Dan ada juga yang mungkin tidak memiliki
kesempatan untuk memilih.
Gimana perasaan kita? Senang karena akhirnya merasa berhasil memilih apa
yang sudah dicita-citakan? Atau malah sedih karena menyesali tindakan di
akhir?
Gue pribadi termasuk golongan kedua. Dan bagi orang-orang yang sama kayak
gue, berusaha untuk bangkit is the hardest part.
Tapi keadaan berubah ketika gue masuk di kelas ini. Di hari pertama itu,
begitu gue tau jumlah temen sekelas gue berapa, nyali gue langsung ciut.
Berbagai pikiran gue mulai masuk ke otak. Ini kelas mau jadi apa? 12 anak dari
yang biasanya 30-40 anak tiba-tiba cuma jadi segini. Apalagi, nomor absen gue
yang awalnya berangka 30-an sekarang jadi nomor 10. Hebat.
Inget ngga kalian denah kita waktu itu? Karena kita tau bakalan 12 anak,
akhirnya kita menuhin semua bangku sekolah yang di depan. Dan kita bahkan
teriak dengan noraknya kalau ini lebih mirip kelas remedial. Sampai akhirnya
kita dibebasin untuk menentukan denah tempat duduk sendiri, kita bahkan bikin
undian untuk bangku duduknya.
Di hari pertama itu gue juga kaget. Gue tertegun. Gue makin mengenal
orang-orang yang selama ini mungkin cuma gue lewatin gitu aja.
16 Agustus 2012, kita ngerencanain BBQ pertama kita di rumah yang paling deket sama sekolah. Waktu itu juga lapangan bulu tangkisnya juga kita pake buat main truth or dare. Kita
ngundang temen-temen dari jurusan lain juga dan bahkan juga guru. Walaupun ngga
lengkap, we are getting closer that day.
Atau kalau kalian inget gue pernah kena karma gara-gara ngelitikin anak
kelas sampai jidat gue agak benjol. Baguslah kalau kalian lupa.
Dan inget ngga kalian waktu itu ada yang ikut Indonesia Mencari Bakat (bersama S*permie) dan kita semacam sedih gitu
kalau misalnya dia harus dikarantina dan ngga akan ikut belajar di kelas kita
lagi? That's the time when we're trying to
support each other wholeheartedly.
Dan di sebuah lomba bahasa jerman di Universitas Indonesia yang kita
membawa banyak banget piala dari bidang-bidang yang kita lombakan bareng kakak
kelas kita. That's the time when we're really proud to
ourselves as a Language Program student.
Atau ketika kita menghabiskan uang hasil lomba kita itu di sebuah restoran
yang harganya cukup selangit yang akhirnya cuma kebagian minum satu gelas doang.
Dan inget juga ngga ketika kita ikut berbagai pelatihan dari sekolah. Kita
juga bikin rencana-rencana unik yang kita bikin untuk kedepannya.
Inget ngga kita pernah curhat berjamaah sambil galau seharian di
kelas?
Inget juga kita ngerjain proyek seni rupa yang awalnya mau ditampilin ke
anak-anak TK tapi sampai sekarang ngga jadi-jadi... Ketika kita persiapin
panggungnya itu. Ketika gue menumpahkan tinta cina HAHA. Ketika tuan rumah cuma bisa
geleng-geleng kepala aja ngeliatin kelakuan gue. That's the time when we show our flaws.
Inget juga kelas kita saking anak-anaknya yang agak sibuk juga kayak ikutan
retret Kaderisasi, ikut UYC, dan ikut IMB.
Inget waktu salah satu anak kelas kita mau jadi ketua OSIS dan kita menggantungkan harapan kita
ke dia. Minimal biar bisa bikin jurusan bahasa bisa 'terlihat'.
Dan inget juga kalian, berantem pertama kita. When we showed our flaws, beberapa orang pasti
kaget, beberapa orang pasti kecewa, beberapa orang bingung. Semua bilang ngga
nyangka. Semua orang nanya, ini orang yang selama ini gue kenal?
But that's the time when we are growing. Kita diem-dieman, kita saling ngomongin satu sama lain, kita saling
memandang sinis, kita bingung harus ngapain, kita sensitif, kita menyesali
pilihan di awal kenapa kita masuk jurusan ini bersama-sama.
Dan itu adalah waktu dimana kita berubah menjadi pribadi yang dewasa. Orang
yang lebih bertanggung jawab lagi dalam setiap tutur kata kita. Bertanggung
jawab dengan semua perbuatan kita.
Inget juga kalian acara berenang kita? Mungkin kalau waktu itu seseorang ngga
'berhalangan' dia bisa aja nyasar, ya kan?
Atau semua ide iseng kita untuk ngerjain orang yang lagi ulang tahun. Ide
iseng yang kadang-kadang unyu tapi nyebelin.
Dan juga bagaimana kita menyelesaikan masalah kita sebagai orang dewasa,
bukan lagi anak kecil yang hanya memikirkan diri sendiri.
Atau ketika kita pergi bersama-sama ke kota tua, ke mall, atau kemanapun
walaupun ngga lengkap.
Kita yang mulai beranjak dewasa. Berusia 17 dan 18 tahun! Akhirnya legal untuk menonton film sensor.
Atau ketika kita masak makanan enak dengan kemampuan memasak kita seadanya yang akhirnya kita nikmati bareng-bareng. Gue juga masak waktu itu dan gue tau kalian bilang masakan itu enak cuma buat bikin gue seneng.
Soalnya sebenernya cookies gue yang itu sebenernya gosong. Pengakuan nista.
Kita yang mulai beranjak dewasa. Berusia 17 dan 18 tahun! Akhirnya legal untuk menonton film sensor.
Atau ketika kita masak makanan enak dengan kemampuan memasak kita seadanya yang akhirnya kita nikmati bareng-bareng. Gue juga masak waktu itu dan gue tau kalian bilang masakan itu enak cuma buat bikin gue seneng.
Soalnya sebenernya cookies gue yang itu sebenernya gosong. Pengakuan nista.
Dan kita kumpul-kumpul sama alumni Bahasa yang banyak! Yang udah pada
sukses dan bikin semangat kita terpacu lagi. Atau betapa senengnya kita pas
kenalan sama anak-anak bahasa dari Cor Jesu dan sekolah lain. That's
the time when we feel that we are not alone.
Dan segala berantem-berantem kecil kita lainnya.
Ketika kita akhirnya sampai di semester akhir kita.
Ketika kita mulai memikirkan kemana kita setelah ini, mau jadi seperti apa 5
tahun kedepan, mau menjadi seseorang yang bagaimana.
Ketika kita menyemangati mimpi masing-masing dan
mengucapkan selamat bagi yang berhasil.
That’s
the time when I knew it’s all going to be end soon.
Dan itulah beberapa kenangan yang bisa gue inget dengan
ingatan jangka pendek gue ini. Mungkin masih banyak banget yang belum gue
tulis. We maybe forget how exactly the
moment happened, but we’ll never forget how we feel that day.
See
you when I see you. Semoga kenangan kita tetap kekal di
dalam blog ini.
Sebuah permulaan yang baik, harus diakhiri dengan manis. Semoga yang manis itu bisa kalian temukan dari setiap kenangan yang ada selama dua tahun ini.
Terimakasih.
Terimakasih.
Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya
Janganlah berganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar