Click, to translate this blog!

Fellas, you're number

Rabu, 21 Mei 2014

Sebuah Permulaan Yang Baik, Harus Diakhiri Dengan Manis

Ternyata cukup-lumayan lama juga dari terakhir kali gue tulis-menulis di blog ini, blog kelas-blog bersama ini. Selain gue sibuk mengurus dan lebih sering ngeluh tentang kehidupan pribadi gue di blog pribadi gue, gue punya banyak banget kesibukan ngga penting yang gue lakukan setiap harinya. 

Oke. Gue akui gue bukan orang yang hebat dalam tulis-menulis sesuatu yang mengharukan, menyentuh, dan membuat orang terhanyut dalam setiap tulisan gue. Gue bahkan buka Google dengan search kata kunci "kata mutiara untuk sebuah perpisahan" supaya di posting ini, gue minimal akan membuat kalian yang baca minimal matanya agak berkaca-kaca. Kalau gue berhasil, artinya gue keren. Dan gue akan ngerasa sangat bangga dengan hal bodoh itu.

Hasilnya nihil ngomong-ngomong. 

Hasil tulisan ini murni dari otak gue. Mungkin ngga akan membuat kalian menangis berguling-guling sambil teriak di atas Gunung Everest atau ngga akan membuat air mata kalian ikut membantu menenggelamkan separuh daratan di bumi ini. Minimal kalau kalian senyum-senyum sendiri melihat tulisan ini, gue akan sangat senang.

Ayo senyum dong. Gue maksa. Tapi jangan menangis. Menangis hanya akan memperberat perpisahan.

Oke. Dua tahun kita kayaknya udah selesai tepat di hari kelulusan kemarin. Mungkin bisa dibilang, atmosfer kebersamaan kita selama dua tahun itu di dalam sebuah kelas (yang selalu dipindah-pindah seenak jidatnya) sudah berakhir. Masa-masa berjuang, masa-masa menjadi dewasa, masa-masa indah di dalam kelas sudah berakhir. We've completed this level. Level up, teman-teman.

Hellos and Goodbyes are a never ending circle. Beberapa orang menyesali kata goodbye. Goodbye seharusnya menjadi Sadbye. There's no good in Goodbye. Not even a little. 

Gue hari ini bukan mau mengundang tangis, tapi kita mau flaschback. Coba inget pertama kali kita mengambil keputusan untuk akhirnya ambil jurusan Bahasa.

Penghujung kelas 1 SMA mungkin jadi momen bersejarah kita ketika kita yang mungkin masih sebagai anak ingusan labil memutuskan untuk mengambil jurusan Bahasa ini. Ada dari kita yang mungkin dari awal memang udah memutuskan ke-arah-mana-gue-nantinya. Ada juga dari kita yang mungkin memilih pilihan ini di detik-detik terakhir kita. Dan ada juga yang mungkin tidak memiliki kesempatan untuk memilih. 

Gimana perasaan kita? Senang karena akhirnya merasa berhasil memilih apa yang sudah dicita-citakan? Atau malah sedih karena menyesali tindakan di akhir? 

Gue pribadi termasuk golongan kedua. Dan bagi orang-orang yang sama kayak gue, berusaha untuk bangkit is the hardest part.

Tapi keadaan berubah ketika gue masuk di kelas ini. Di hari pertama itu, begitu gue tau jumlah temen sekelas gue berapa, nyali gue langsung ciut. Berbagai pikiran gue mulai masuk ke otak. Ini kelas mau jadi apa? 12 anak dari yang biasanya 30-40 anak tiba-tiba cuma jadi segini. Apalagi, nomor absen gue yang awalnya berangka 30-an sekarang jadi nomor 10. Hebat. 

Inget ngga kalian denah kita waktu itu? Karena kita tau bakalan 12 anak, akhirnya kita menuhin semua bangku sekolah yang di depan. Dan kita bahkan teriak dengan noraknya kalau ini lebih mirip kelas remedial. Sampai akhirnya kita dibebasin untuk menentukan denah tempat duduk sendiri, kita bahkan bikin undian untuk bangku duduknya.

Di hari pertama itu gue juga kaget. Gue tertegun. Gue makin mengenal orang-orang yang selama ini mungkin cuma gue lewatin gitu aja.

16 Agustus 2012, kita ngerencanain BBQ pertama kita di rumah yang paling deket sama sekolah. Waktu itu juga lapangan bulu tangkisnya juga kita pake buat main truth or dare. Kita ngundang temen-temen dari jurusan lain juga dan bahkan juga guru. Walaupun ngga lengkap, we are getting closer that day.

Atau kalau kalian inget gue pernah kena karma gara-gara ngelitikin anak kelas sampai jidat gue agak benjol. Baguslah kalau kalian lupa.

Dan inget ngga kalian waktu itu ada yang ikut Indonesia Mencari Bakat (bersama S*permie) dan kita semacam sedih gitu kalau misalnya dia harus dikarantina dan ngga akan ikut belajar di kelas kita lagi? That's the time when we're trying to support each other wholeheartedly.

Dan di sebuah lomba bahasa jerman di Universitas Indonesia yang kita membawa banyak banget piala dari bidang-bidang yang kita lombakan bareng kakak kelas kita. That's the time when we're really proud to ourselves as a Language Program student.

Atau ketika kita menghabiskan uang hasil lomba kita itu di sebuah restoran yang harganya cukup selangit yang akhirnya cuma kebagian minum satu gelas doang.

Dan inget juga ngga ketika kita ikut berbagai pelatihan dari sekolah. Kita juga bikin rencana-rencana unik yang kita bikin untuk kedepannya.

Inget ngga kita pernah curhat berjamaah sambil galau seharian di kelas? 

Inget juga kita ngerjain proyek seni rupa yang awalnya mau ditampilin ke anak-anak TK tapi sampai sekarang ngga jadi-jadi... Ketika kita persiapin panggungnya itu. Ketika gue menumpahkan tinta cina HAHA. Ketika tuan rumah cuma bisa geleng-geleng kepala aja ngeliatin kelakuan gue. That's the time when we show our flaws.

Inget juga kelas kita saking anak-anaknya yang agak sibuk juga kayak ikutan retret Kaderisasi, ikut UYC, dan ikut IMB.

Inget waktu salah satu anak kelas kita mau jadi ketua OSIS dan kita menggantungkan harapan kita ke dia. Minimal biar bisa bikin jurusan bahasa bisa 'terlihat'.

Dan inget juga kalian, berantem pertama kita. When we showed our flaws, beberapa orang pasti kaget, beberapa orang pasti kecewa, beberapa orang bingung. Semua bilang ngga nyangka. Semua orang nanya, ini orang yang selama ini gue kenal? 

But that's the time when we are growing. Kita diem-dieman, kita saling ngomongin satu sama lain, kita saling memandang sinis, kita bingung harus ngapain, kita sensitif, kita menyesali pilihan di awal kenapa kita masuk jurusan ini bersama-sama.

Dan itu adalah waktu dimana kita berubah menjadi pribadi yang dewasa. Orang yang lebih bertanggung jawab lagi dalam setiap tutur kata kita. Bertanggung jawab dengan semua perbuatan kita. 

Inget juga kalian acara berenang kita? Mungkin kalau waktu itu seseorang ngga 'berhalangan' dia bisa aja nyasar, ya kan? 

Atau semua ide iseng kita untuk ngerjain orang yang lagi ulang tahun. Ide iseng yang kadang-kadang unyu tapi nyebelin.

Dan juga bagaimana kita menyelesaikan masalah kita sebagai orang dewasa, bukan lagi anak kecil yang hanya memikirkan diri sendiri. 

Atau ketika kita pergi bersama-sama ke kota tua, ke mall, atau kemanapun walaupun ngga lengkap.

Kita yang mulai beranjak dewasa. Berusia 17 dan 18 tahun! Akhirnya legal untuk menonton film sensor. 

Atau ketika kita masak makanan enak dengan kemampuan memasak kita seadanya yang akhirnya kita nikmati bareng-bareng. Gue juga masak waktu itu dan gue tau kalian bilang masakan itu enak cuma buat bikin gue seneng. 

Soalnya sebenernya cookies gue yang itu sebenernya gosong. Pengakuan nista.

Dan kita kumpul-kumpul sama alumni Bahasa yang banyak! Yang udah pada sukses dan bikin semangat kita terpacu lagi. Atau betapa senengnya kita pas kenalan sama anak-anak bahasa dari Cor Jesu dan sekolah lain. That's the time when we feel that we are not alone.

Dan segala berantem-berantem kecil kita lainnya. 

Ketika kita akhirnya sampai di semester akhir kita. Ketika kita mulai memikirkan kemana kita setelah ini, mau jadi seperti apa 5 tahun kedepan, mau menjadi seseorang yang bagaimana.

Ketika kita menyemangati mimpi masing-masing dan mengucapkan selamat bagi yang berhasil.

That’s the time when I knew it’s all going to be end soon.      

Dan itulah beberapa kenangan yang bisa gue inget dengan ingatan jangka pendek gue ini. Mungkin masih banyak banget yang belum gue tulis. We maybe forget how exactly the moment happened, but we’ll never forget how we feel that day.


See you when I see you. Semoga kenangan kita tetap kekal di dalam blog ini. 

Sebuah permulaan yang baik, harus diakhiri dengan manis. Semoga yang manis itu bisa kalian temukan dari setiap kenangan yang ada selama dua tahun ini.

Terimakasih.


Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya






Janganlah berganti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar