Click, to translate this blog!

Fellas, you're number

Senin, 16 September 2013

Perantauan Kasih

Ini adalah pengalaman live in ku. mungkin berbeda dengan anak- anak lainnya, aku memiliki 
motivasi untuk pergi live in karena satu hari sebelum hari keberangkatan, aku mengalami 
sedikit masalah dalam keluarga saya.

Selama tinggal 4 hari di desa Petir, dusun Dadapan, saya tinggal bersama dengan 
keluarga bapak Sudianto. Sebuah keluarga yang sangat sederhana 
dan juga keluarga yang sangat ramah. Kehadiran
saya dengan teman saya, Wawan, diterima dengan sangat baik. Makanan lezat 
ala Wonosari pun selalu tersedia di saat kebutuhan perut sudah mulai memanggil.
Selain itu, saat malam tiba, sungguh terasa kedekatannya. Kami semua bercanda bersama
meskipun tidak semua yang orag tua angkat saya katakan saya mengerti sepenuhnya.

"Bapak cuma punya ini, jadi maaf ya kalau ada makanan yang mas Yudha sama mas Wawan
kurang suka. Tapi ya adanya cuma ini doang"
Itulah perkataan bapak Sudianto ketika jam makan tiba. Mereka 
sungguh berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi kami meskipun mereka
sendiri masi belum sepenuhnya sungguh terpenuhi kebutuhannya.

Mereka sungguh menganggapku sebagai anak mereka sendiri. Setiap paginya aku
dibangunkan oleh pak Suidanto untuk menyantap teh dan juga sarapan.
Setelah itu aku segera bersiap untuk membantu Pak Sudianto, untuk mengerjakan
pekerjaannya seperti, mencari pakan untuk sapi, memipil jagung untuk pakan ayam,
selain itu aku juga membantu pak Sudianto dalam menjual sapinya.

Aku belajar banyak dari pengalamanku di sini. Dari sini saya bisa merasakan
bagaimana rasanya menjadi orang yang susah. Bapa Sudianto berkata
bahwa di sini kebutuhan pangan mereka selalu terpenuhi dengan adanya hewan ternak
dan juga hasil padi sendiri, tetapi untuk masalah keungan mereka mengalami kesulitan
yang cukup parah. Di sana mereka saling bersaing dalam menjual hasil panennya
masing- masing. Hal ini menyebabkan mereka tidak dapat menghasilkan uang
karena barang yang mereka jual sama.

Pada hari terakhir tinggal dengan mereka, aku berbincang dengan
keluarga angkatku dengan sangat dekat. Aku pun menganggap mereka sebagai
salah satu anggota keluargaku. Aku pun merasa cukup sedih ketika aku menyadari
bahwa besok aku hanya akan bertemu mereka pada pagi hari. Mereka sungguh
menginginkan keberadaan kami di tengah mereka. Mereka rindu dengan
suasan di mana mereka dapat berkumpul bersama dengan anak- anak mereka.
 Kebanyakan dari mereka yang memiliki anak, telah pergi merantu
ke Jakarta.

Pengalaman Live In ku ini akhirnya aku bawa pulang dan aku endapkan.
Aku merasa sangat bersyukur memiliki berbagai fasilitas yang ada. Selain itu
aku juga bersyukur aku masih bisa berada bersama kedua orang tuaku yang
menyayangiku dengan sepenuh hati mereka.

...

"Kita tidak akan menyadari memiliki sesuatu sebelum kita kehilangan mereka. Oleh karena itu bersyukurlah atas apa yang kita miliki sekarang"


Yudha Prawira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar